Indonesia dan Bayangan Krisis Air: Apa yang Harus Kita Lakukan?
- Administrator
- Minggu, 12 Januari 2025 21:18
- 23 Lihat
- umum
Indonesia, negeri tropis yang diberkahi dengan dua musim: hujan dan kemarau. Namun, musim kemarau sering kali menjadi momok yang membawa kekeringan, kebakaran hutan, hingga krisis air bersih.
Negeri ini sejatinya memiliki sumber daya air yang melimpah, bahkan menyimpan 6 persen potensi air dunia. Namun, pernahkah kita membayangkan jika suatu hari, air bersih menjadi langka? Jika setiap tetesnya harus diperjuangkan, dan akses terhadapnya menjadi kemewahan?
Pertanyaan ini mungkin terdengar jauh dari logika, tetapi kenyataan berbicara lain. Studi World Resource Institute pada 2015 menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang berisiko tinggi mengalami krisis air pada tahun 2040. Bahkan, proyeksi Bappenas menunjukkan bahwa kelangkaan air di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan semakin memburuk hingga tahun 2030. Krisis air diperkirakan meningkat dari 6 persen luas wilayah pada tahun 2000 menjadi hampir 10 persen pada tahun 2045. Pulau Jawa, pusat aktivitas ekonomi dan penduduk, diprediksi akan mengalami defisit air parah hingga tahun 2070.
Maka, apa yang harus kita lakukan?
Satu solusi yang terbukti sepanjang sejarah peradaban manusia adalah pembangunan bendungan multiguna. Bendungan bukan sekadar infrastruktur, tetapi menjadi penjaga keseimbangan ekosistem dan penampung kehidupan. Dengan menampung air baku, bendungan dapat menjadi tumpuan dalam mengatasi kekeringan, menyediakan pasokan air bersih, dan menjaga ketahanan pangan di tengah perubahan iklim yang tak terhindarkan.
Namun, membangun bendungan saja tak cukup. Percepatan pembangunan harus menjadi prioritas, terutama di daerah-daerah rawan kekeringan. Pemerintah harus bertindak sigap, dan masyarakat perlu mendukung upaya ini dengan kesadaran kolektif untuk menjaga dan menghemat air.
Satu bendungan, seribu kehidupan. Itulah semangat yang harus terus digelorakan. Kita perlu bersatu menjaga sumber daya air demi masa depan Indonesia. Karena air adalah napas kehidupan. Teruslah membangun untuk negeri. Inilah catatan kita untuk bumi pertiwi.